TUGAS SOSIO-PSIKOLI SASTRA
MIMPI
DALAM SANG PEMIMPI KAJIAN
ANDREA
HIRATA
Oleh :
Antonia Dewi
ABSTRAK : Ayo Meraih Mimpi Seperti 'Sang Pemimpi' Setelah ditinggal Lintang, Ikal kini memiliki dua
sahabat baru, yaitu sepupunya, Arai, dan teman mengajinya, Jimbron. Bersama-sama,
mereka pun berusaha mewujudkan mimpinya untuk bisa kuliah di Sorbonne, Prancis.
Berhubung di desa mereka tidak ada Sekolah Menengah Atas, Ikal (Vikri
Septiana), Arai (Rendy Ahmad) dan Jimbron (Azwir Fitrianto) harus merantau ke
kota pelabuhan Manggar. Di sana mereka tinggal dalam satu kamar sempit yang
kumuh.Dengan segala keterbatasan, tiga sekawan itu yakin bisa membubarkan
anggapan kalau orang Melayu itu hanya bisa menjadi seorang pekerja kasar. Mereka pun mendapat dukungan moral dari
Pak Balia (Nugie), guru yang sangat inspiaratif. Keinginan mereka meraih mimpi semakin kuat karena
ada 'Sang Pemimpi,' yang selalu menebar semangat.
Berbeda dengan 'Laskar Pelangi', film yang jadi pembuka JiFFest 2009 ini
menyuguhkan cerita yang lebih kompleks. Mulai dari hubungan antara ayah dan
anak, problematika remaja pinggiran, hingga ketidakmerataan pembangunan ekonomi
di Indonesia.
Dari segi sinematografi, 'Sang Pemimpi' jauh lebih baik dari pendahulunya.
Ikal dan Arai, tokoh utama dalam kisah nyata ini, adalah
sosok-sosok yang bukan hanya memahami makna ‘bermimpi’. Mereka bertahan demi
mimpi. Mereka mengejar mimpi. Mereka hidup untuk mewujudkan mimpi.
Ikal dan Arai hanya 2 dari sekian banyak pemuda Melayu pedalaman yang terpaksa
pasrah menerima kenyataan terlahir sebagai rakyat miskin di daerah terpencil
yang penduduknya bahkan belum pernah melihat kuda. Dalam kondisi serba sulit,
mereka tidak punya pilihan selain berjuang mempertahankan hidup sambil menggali
keindahan sebuah mimpi. Menahan berat peti dan bau amis ikan sebagai
konsekuensi dari pekerjaan kuli angkut pelabuhan sambil terus memeluk
mimpi-mimpi.
Tekad untuk tidak mendahului nasib telah menghantar 2 pemuda yang hingga lulus
SMA tidak pernah mengenal Kentucky Fried Chicken ini ke Sorbonne, Perancis, sebuah
tempat yang bertahun-tahun silam digaungkan oleh seorang guru dan menjelma
menjadi sebutir benih dalam hati mereka. Benih yang terus dipelihara dan dijaga
dengan setia, tidak peduli semustahil apapun tampaknya, sesukar apapun
kondisinya.
Rumusan masalah yang di angkat dalan novel ini adalah:
1. Ipian seseorang tenteng
pendidikan, mimpi dimana seseorang ini ingin menggapai mimpinya tentang
pendidikan setinggi-tingginya
2. Sayang dari faktor ekonomi
anak-anak tersebut tidak mendapat dukungan secara materi, karena mereka berasal
dari keluarga yang sangat miskin.
hasil pembahasan pada novel saya ini menunjukan bahwa
karena kemiskinan perekonomian seseorang terancam gagal menggapai mimpi pendidkannya.
Kata kunci: Sastra,
karya sastra, pendekatan, struktural, srukturalisme, genetik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar